Terapi Ensefalitis Toksoplasma Menggunakan Kombinasi Obat Tanpa Pyrimethamine
Terapi Ensefalitis Toksoplasma Menggunakan Kombinasi Obat Tanpa Pyrimethamine Mungkin Memiliki Khasiat Setara dengan Yang Berbasis Pyrimethamine Dengan Efek Samping yang Lebih Ringan: Suatu Hasil Penelitian Meta-Sintesis di Manado
Sindrom
imunodefisiensi didapat atau acquired immunodeficiency syndrome (AIDS)
masih terus menjadi masalah kesehatan global. Sejak pertama kali dilaporkan
pada tahun 1981, sudah ada sekitar 55-100 juta kasus AIDS dengan 36,3 juta
kematian di seluruh dunia. Pasien AIDS cukup sering mengalami infeksi
oportunistik otak berupa ensefalitis toksoplasma (ET). Apalagi jika pasien
tersebut memiliki jumlah sel limfosit T dengan penanda CD4 yang rendah (<200
sel/mm3), tidak mendapatkan terapi pencegahan ensefalitis
toksoplasma, dan tidak minum obat antiretrovirus (ARV).
Infeksi ini
disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii. Parasit ini cukup banyak
ditemukan di Indonesia. Jika T.
gondii berhasil menembus hingga ke otak maka patogen ini mampu
menyebabkan infeksi jaringan otak dan membentuk semacam kapsul yang menekan
jaringan otak sehat. Sebagai akibatnya, pasien ET dapat mengalami berbagai
gejala seperti penurunan kesadaran, nyeri kepala, kelemahan anggota gerak
sesisi. Jika terlambat ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan kematian.
Terapi ET di
Indonesia umumnya menggunakan kombinasi obat pyrimethamine dan sulfadiazine
atau pyrimethamine dan clindamycin. Efektivias terapi kombinasi obat ini cukup
baik. Sayangnya, ketersediaan pyrimethamine belakangan ini menurun karena produksinya
dihentikan. Oleh karena itu, tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi dan RSUP Prof. dr. R.D. Kandou Manado, Sulawesi Utara melakukan
penelitian terhadap berbagai literatur tentang efektivitas terapi ET dengan
kombinasi obat tanpa pyrimethamine.
Penelitian
berbasis literatur ini tidak dilakukan secara sembarangan. Mereka menentukan
terlebih dahulu berbagai syarat suatu literatur untuk dapat diteliti. Selanjutnya
mereka membuat berbagai kata kunci yang akan digunakan untuk menjaring berbagai
literatur yang relevan dari berbagai situs pencari di internet.
Literatur-literatur
yang layak kemudian dianalisis lebih lanjut. Pertimbangan pertama adalah risiko
bias. Bias atau penyimpangan merupakan salah satu fenomena dalam
penelitian yang harus selalu diwaspadai.
Bias adalah kesalahan sistematik di dalam berbagai fase penelitian yang menyebabkan
hasil suatu penelitian menjadi berkurang akurasinya atau bahkan tidak akurat.
Risiko bias dalam penelitian ini diperiksa dengan beberapa metode yang sering
digunakan. Selanjutnya dilakukan penilaian kualitas penelitian dengan melihat
hasil-hasilnya. Hasil-hasil yang dibandingkan adalah tingkat kematian, respons
perbaikan klinis, respons perbaikan radiologis, dan efek samping obat.
Dari penjaringan
awal, tim peneliti menemukan 90 artikel penelitian tetapi hanya tiga yang
memenuhi kriteria untuk dianalisis lebih lanjut. Berdasarkan ketiga penelitian
ini, tampaknya tidak ada perbedaan yang bermakna antara terapi ET menggunakan
kombinasi obat berbasis pyrimethamine dan yang tidak berbasis pyrimethamine.
Walaupun demikian, efek samping terapi secara konsisten lebih tinggi pada terapi
kombinasi berbasis pyrimethamine.
Hasil ini
mengarahkan para klinisi untuk dapat menggunakan terapi kombinasi obat tidak
berbasus pyrimethamine. Terutama di dalam situasi tidak tersedia pyrimethamine.
Hanya saja terdapat kelemahan dalam penelitian ini. Risiko bias penelitian
cukup tinggi. Terutama karena sedikitnya literatur penelitian yang berhasil
diperoleh untuk dianalisis. Nilai rekomendasi untuk menerapkan hasil-hasil penelitian
juga rendah tetapi, sekali lagi, dapat dipertimbangkan untuk diterapkan jika
pyrimethamine tidak tersedia. Di masa mendatang, masih diperlukan penelitian
lanjutan untuk mengkofirmasi temuan para peneliti ini. ~ Arthur Mawuntu
Disarikan dari:
Susanto D, Mawuntu AHP, Warouw F,
Wariki WMV. Effectiveness of non-pyrimethamine-based regimens for toxoplasma
encephalitis: A systematic and meta-synthesis study. Asian Pac J Trop Med 2022;
15(3): 106-113. [Fulltext]